Liputan6.com, Jakarta - Selena Gomez kembali berbicara tentang maraknya hoaks yang terkait pandemi virus corona covid-19. Ia menilai platform media sosial seperti Facebook bertanggung jawab untuk penyebaran hoaks itu.
Kekesalan selebriti asal AS itu diungkapkannya melalui cuitan Twitter. Dalam postingannya, ia mengomentari cuitan dari Center for Countering Digital Hate (CCDHate) yang bertuliskan sebagai berikut:
"Perusahaan media sosial mengklaim telah melakukan banyak hal, namun faktanya mereka tidak melakukan apapun. CEO kami memberikan pendapatnya pada BBC News terkait penyebaran misinformasi vaksin," tulis CCDHate.
Selena Gomez pun membalasnya dengan cuitan:
"Disinformasi ilmiah telah dan akan menelan korban jiwa. Facebook mengatakan mereka tidak membiarkan kebohongan tentang covid dan vaksin disebarkan di platform mereka. Jadi kenapa semua ini masih terjadi? Facebook akan bertanggung jawab atas ribuan kematian jika mereka tidak mengambil tindakan sekarang!"
Hingga kini cuitan Selena Gomez itu telah mendapat lebih dari 22 ribu likes dan direweet lebih dari empat ribu akun lain.
Scientific disinformation has and will cost lives. @Facebook said they don’t allow lies about COVID and vaccines to be spread on their platforms. So how come all of this is still happening? Facebook is going to be responsible for thousands of deaths if they don’t take action now! https://t.co/IAtDpNT5Tt
— Selena Gomez (@selenagomez) December 30, 2020
Keluhan Sebelumnya
Bukan kali ini saja Selena Gomez mengeluh soal banyaknya hoaks di media sosial. Bahkan, dalam kicauannya, dia menyeret nama dua petinggi Facebook, Mark Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg.
"Sudah lama sejak kita duduk bersama. Kita punya masalah yang sangat serius. Facebook dan Instagram digunakan untuk menyebarkan kebencian, hoaks, hingga rasisme."
"Saya memanggil kalian berdua untuk menyelesaikan masalah ini. Tolong matikan grup atau akun yang sering menyebar kebencian dan hoaks. Masa depan kami bergantung padanya," ujar Selena Gomez.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Read more