21 tahun bukan waktu yang singkat bagi pasangan Somidi dan Su'udiyah berjuang untuk memiliki buah hati. Tak pernah berhenti berusaha dan pantang menyerah, menjadi kunci bagi pasangan suami istri ini untuk memiliki buah hati. Bahkan keduanya harus rela bolak balik Sumenep-Surabaya menggunakan angkutan umum demi mewujudkan mimpi memiliki seorang anak.
"Saya tinggal di Sumenep, tapi bukan di kotanya. Rumah saya masih sekitar 15 kilometer dari pusat kota. Kalau ke Surabaya sekitar 6 jam dan itu saya tempuh naik bus umum," ujar Sonidi kepada Basra, (12/12).
Somidi dan sang istri harus bolak balik mengunjungi kota Surabaya untuk menjalani program bayi tabung. Program ini disarankan seorang dokter di Sumenep.
Somidi berkisah, awalnya tak pernah terlintas sedikit pun tentang program bayi tabung sebagai cara untuk mendapatkan keturunan. Sebelumnya, dia dan sang istri sudah mencoba berbagai pengobatan dari herbal hingga medis, dari satu dokter ke dokter lainnya. Ini dilakukan hingga bertahun-tahun lamanya.
"Saya sudah mencoba berbagai cara dan sudah sampai ke Probolinggo juga. Setiap ada saran dari orang, pasti kami lakukan. Baru di tahun 2019, ada saran dari dr. Rahmi untuk ikut program bayi tabung di Surabaya," kisah Somidi.
Setelah menimbang saran tersebut dan keinginan kuat untuk mendapatkan buah hati, mendorong Somidi mengikuti program bayi tabung. Terkait biaya, Somidi tak memungkiri jika biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikuti program bayi tabung tidaklah murah.
“Dari awal saya sudah dikasih tahu biaya untuk menjalani proses bayi tabung ini Rp 70 juta. Saya tak punya deposito. Tetapi Alhamdulillah, saya punya cukup tabungan," jelasnya.
Somidi mengaku sehari-harinya berjualan camilan keripik singkong di kompleks wisata religi Makam Asta Tinggi Sumenep. Dari hasil jualan keripik singkong itulah, Somidi memiliki biaya untuk mengikuti program bayi tabung.
Ketika sudah memantapkan hati, Somidi dan sang istri mengikuti program bayi tabung di klinik Morula IVF Surabaya. Namun, Somidi dan sang istri kembali dihadapkan pada tingkat keberhasilan mengikuti program tersebut, mengingat usia keduanya yang sudah mencapai paruh baya.
"Waktu ikut program bayi tabung, usia saya 50 tahun dan istri 44 tahun. Kata dokter memang cukup beresiko untuk tingkat keberhasilannya," imbuhnya.
Namun tekad kuat untuk memiliki buah hati tak menyurutkan keduanya untuk mundur dari program bayi tabung tersebut. Setelah menjalani program bayi tabung selama kurun waktu 1,5 tahun, keajaiban itu datang. Pada 1 Desember 2020, Somidi dan sang istri dikarunia bayi perempuan yang diberi nama Aisyah Naziyah Almahiro.
“Yang kami jalani untuk dapat keturunan memang tidak mudah. Tetapi keinginan kuat ini yang jadi kunci keberhasilan kami memiliki Aisyah," ujar Somidi dengan mata berbinar.
Semangat tinggi untuk mendapatkan momongan pada diri Somidi maupun Su'udiyah itu diakui oleh dr Benekdiktus Arifin MPH SpOG (K), dokter spesialis kandungan Morula IVF Surabaya yang menangani proses bayi tabung pasangan suami istri tersebut.
“Never lose hope. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau berusaha terus. Jangan pernah menyerah,” tandasnya.
Read more