Liputan6.com, Jakarta Kabar berhasilnya uji coba vaksin Corona (COVID-19) bagai memberi napas lega bagi semua pihak yang tengah berjuang dengan penyakit tersebut. Namun dibalik itu, muncul berbagai pertanyaan terkait vaksin COVID-19 tersebut yang selesainya begitu cepat dibandingkan vaksin-vaksin sebelumnya.
Berikut beberapa pertanyaan yang paling sering ditanyakan dan jawabannya dari ahli, dilansir dari Mens Health:
1. Bagaimana cara kerja vaksin COVID-19?
Biasanya, vaksin meniru virus yang dituju hingga menghasilkan antibodi dan kemudian membangun kekebalan. Begitupun dengan vaksin COVID-19, sekalipun dengan teknologi baru yang menggunakan spike protein, yang dimodifikasi secara genetik, yang ditemukan di permukaan virus.
Lalu cara pemberiannya juga sama seperti kebanyakan, yaitu dengan disuntikkan ke dalam tubuh, jelas direktur medis virtual nasional diOne Medical Will Kimbrough, MD.
"Tergantung pada jenis vaksin yang Anda terima, ada yang tiga sampai empat minggu kemudian Anda akan menerima suntikan kedua," katanya.
Vaksin Pfizer membutuhkan dua kali injeksi dengan selang waktu 21 hari. Sementara vaksin moderna yang juga membutuhkan dua kali injeksi diberikan dalam selang waktu 28 hari. Suntikan kedua untuk mengunggulkan sistem kekebalan hingga cukup baik untuk melawan virus corona. Tetapi karena vaksin ini masih sangat baru, para peneliti tidak tahu berapa lama perlindungannya bisa bertahan.
Ada kemungkinan bahwa dalam beberapa bulan setelah vaksinasi, jumlah antibodi dan sel-T pembunuh akan turun. Tetapi sistem kekebalan juga mengandung sel khusus yang disebut memory B-cells dan memory T-cells yang mungkin menyimpan informasi tentang virus corona selama bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun, dilansir dari NYTimes.
Beberapa ahli farmasi menyarankan agar Anda membuat pengingat untuk mendapatkan dosis kedua.
2. Apakah ada efek sampingnya?
“Untuk satu atau dua hari berikutnya, efek samping yang umum dapat mencakup nyeri di sekitar area suntikan, rasa lelah, sakit kepala, nyeri otot, dan yang jarang terjadi--demam,” kata dr. Kimbrough.
Efek samping yang parah tampaknya jarang terjadi dengan vaksin ini. Meskipun demikian, setelah melalui diskusi panjang CDC dengan ACIP advisory committee dan pihak yang berwenang, hasilnya yaitu untuk tidak memvaksinasi semua orang sekaligus, khawatir terjadi kelangkaan vaksin, sekaligus melawan efek sampingnya.
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga vaksin bisa melindungi tubuh?
“Satu hingga dua minggu setelah dosis kedua adalah ketika vaksin bisa memberikan respons kekebalan yang cukup untuk mencegah kasus COVID-19," kata dr. Kimbrough.
"Maksudnya, tubuh Anda akan membuat antibodi dalam beberapa minggu untuk melindungi Anda dari infeksi atau mempertahankan diri dari serangan virus, sehingga dapat mengurangi atau mencegah gejala yang parah, jika ada," kata dokter darurat dan Obama Administration Biodefense and Public Health Appointee Daniel B. Fagbuyi, MD.
4. (Vaksin) ini muncul sangat cepat. Apakah aman?
Ini pertanyaan yang paling sering muncul. Faktanya, survei yang dilakukan oleh Pew Research Center mengungkapkan 78% orang mengkhawatirkan kemunculan vaksin yang begitu cepat tanpa sepenuhnya memastikan keamanan dan keefektivannya. Ini dapat dimengerti karena biasanya prosesnya dari penelitian hingga uji coba memakan waktu sekitar 5-10 tahun, sementara vaksin ini didapatkan dalam waktu 8 bulan, sehingga akan nampak seperti pekerjaan yang terburu-buru.
Ada dua hal untuk menjelaskannya:
1) Teknologi "baru", yang disebut mRNA, yang digunakan kedua vaksin (Pfizer dan Moderna) ini, sebenarnya tidak terlalu baru. Menurut dr. Kimbrough, meskipun beberapa vaksin tertentu masih baru, namun secara umum (kronologi virus dimasukkan ke dalam tubuh) telah dikembangkan atau digunakan selama bertahun-tahun. Sehingga lebih mudah melihat vaksin yang sepenuhnya baru (belum pernah digunakan) sebagai hal yang menakutkan. Padahal konsepnya telah dipelajari selama bertahun-tahun pada ribuan sukarelawan. Dengan kata lain, hal yang benar-benar baru disini yaitu genetik khusus COVID-19.
2) Telah ada praktik untuk memastikan keamanannya
Yaitu ada dalam pedoman FDA sebanyak 21 halaman pada Juni 2020, yang menguraikan standar untuk keamanan dan efektivitas. Komisaris FDA Stephen Hahn, MD baru-baru ini mengatakan kepada USA Today, "Ada beberapa langkah dalam proses otorisasi vaksin. Pertama, perusahaan harus mendaftar ke FDA. Kemudian, FDA harus memeriksa aplikasi dan mengirimkannya ke dewan peninjau luar yang disebut Vaccines and Related Biological Products Advisory Committee (VRBPAC). Komite tersebut akan bertemu dan akan mengirimkan komentar dan rekomendasinya kepada FDA. Setelah itu baru kemudian FDA dapat membuat keputusan akhir tentang vaksin."
5. Kapan kita bisa mendapatkan vaksinnya?
Itu sebagaimana dijelaskan poin sebelumnya terkait otoritas darurat keamanan vaksin Pfizer pada 10 Desember mendatang. Ini adalah pertemuan terbuka sehingga Anda juga dapat menyaksikan prosesnya. Sementara vaksin besutan moderna telah dijadwalkan pertemuannya pada 17 Desember.
Sementara beberapa negara juga masih mempertimbangkan proses logistik terperinci agar vaksin berhasil dikirim ke negaranya tanpa cela, seperti contohnya di AS. Itu artinya beban tanggung jawab kemudian tergantung bidang logistik hingga bisa menyampaikan vaksin ke pengguna, kata dr. Fagbuyi.
Selain itu, menurut rekomendasi dari komite penasihat kepada CDC, petugas medis dan orang-orang yang sedang berjuang dalam perawatan jangka panjang akan menjadi prioritas pertama penerima vaksin. Baru setelahnya orang dewasa dengan kondisi medis berisiko tinggi dan orang dewasa berusia 65 tahun keatas. Perlu diingat bahwa ini hanya rekomendasi dan tiap negara tidak berkewajiban menurutinya. Prioritas tersebut dilakukan untuk mencegah kekurangan vaksin di kemudian hari.
Purvi Parikh, MD, ahli alergi dan imunologi di NYU Langone mengatakan kemungkinan vaksin baru bisa terdistribusi secara luas pada musim semi atau musim panas 2021. Sementara menurut Moncef Slaoui, kepala penasihat Operation Warp Speed dan mantan ketua vaksin di GlaxoSmithKline, tahap distribusi pertama bisa datang paling cepat 24 hingga 48 jam setelah vaksin mendapat otorisasi FDA.
6. Berapa lama kekebalan bertahan?
Menurut produsen obat dan WHO, masih terlalu dini untuk mengetahuinya.
7. Saat saya mendapatkan vaksin, bisakah saya berhenti memakai masker?
Belum. “Jika persentase yang populasi yang mendapat vaksin cukup besar maka pada pertengahan tahun 2021 kita tidak harus memakai masker dan menjaga jarak sosial," kata Will Kimbrough, MD, direktur medis virtual nasional di One Medical. Namun karena tidak ada vaksin yang 100% efektif, tindakan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak akan tetap penting sampai kita mencapai tingkat keyakinan yang tinggi bahwa kita telah mencapai kekebalan kelompok.
8. Apakah seseorang masih bisa menularkan COVID-19 bahkan setelah divaksinasi?
Hal ini masih belum diteliti lebih lanjut. dr. Fagbuyi yakin kita masih harus memakai masker dan mentaati protokol kesehatan hingga akhir tahun depan (tahun 2021). Maka akan ada sedikit perubahan budaya yaitu tetap mempertahankan memakai masker secara berkala di setiap musim flu.
9. Apakah Anda bisa meminta vaksin tertentu?
Dari sekian vaksin yang berlomba, vaksin yang Anda dapatkan kemungkinan besar tergantung pada ketersediaannya. Karena mungkin tidak semuanya tersedia pada waktu yang sama di semua wilayah.
10. Akankah vaksin mengakhiri pandemi?
“Diperlukan waktu berbulan-bulan bagi cukup banyak orang untuk divaksinasi untuk mencapai kekebalan kelompok yang kami butuhkan untuk mengurangi penularan secara signifikan,” kata Purvi Parikh, MD, ahli alergi dan imunologi di NYU Langone. “Meskipun vaksin ini memiliki khasiat yang besar, tetapi tidak 100 persen efektif, jadi Anda masih bisa sakit, meskipun mudah-mudahan lebih ringan, dan tetap menularkannya kepada orang lain yang berisiko. Jadi, tetap dibutuhkan keamanan dan kehati-hatian."
Selain Anda mengkhawatirkan vaksin, kombinasi vaksin, masker, jaga jarak, dan mencuci tangan akan menjadi salah satu cara terbaik untuk bernapas lega dari cengkeraman pandemi. “Sebagai ahli imunologi, saya sering ditanya tentang 'penguat kekebalan,'” kata Dr. Parikh. “Di luar gaya hidup sehat, tidak ada cara lain [untuk sistem kekebalan Anda] kecuali vaksin. Mereka adalah satu-satunya 'penguat kekebalan' yang paling efisien dan hemat biaya."
Infografis Vaksin Covid-19 dan Rencana Vaksinasi di Indonesia
Simak Video Berikut Ini:
Read more