Ini disebut sebagai kasus perceraian terbesar dalam sejarah hukum Inggris—pembayaran £550 juta (sekitar Rp10,4 triliun) yang melibatkan penguasa miliarder Dubai dan istrinya yang telah berpisah, sebagaimana dilaporkan wartawan masalah keamanan BBC, Frank Gardner.
Pada Selasa (21/12) Pengadilan Tinggi Inggris memutuskan pembayaran sekaligus sebesar £251,5 juta (sekitar Rp4,8 triliun) kepada Putri Haya bint Al-Hussain, 47, anak perempuan dari mendiang penguasa Yordania, Raja Hussein.
Putri Haya adalah istri paling muda dari enam istri Sheikh Mohammed bin Rashid Al-Maktoum—penguasa dan miliarder Dubai, merangkap sebagai perdana menteri Uni Emirat Arab (UEA) dan pemilik pacuan kuda yang berpengaruh.
Keputusan ini memberikan Putri Haya sumber keuangan yang diperlukan untuk membiayai operasional dua rumah bernilai jutaan poundsterling. Rumah yang pertama terletak di samping Istana Kensington, London dan yang kedua adalah rumah utama Putri Haya di Egham, Surrey.
Selain itu juga dialokasikan dana besar untuk "anggaran keamanan", biaya liburan, gaji dan akomodasi bagi perawat dan pengasuh anak, kendaraan lapis baja buat keluarga, dan biaya pemeliharaan berbagai anak kuda dan binatang peliharaan lain.
Pengadilan juga memerintahkan pembayaran untuk dua anaknya, masing-masing sebesar £5,6m per tahun. Mereka adalah seorang anak perempuan berusia 14 tahun dan putra berusia sembilan tahun. Pembayaran untuk kedua anak itu harus dijamin sebesar £290 juta.
'Takut akan keselamatan jiwa'
Perebutan hak asuh anak di pengadilan yang memakan waktu lama ini memberikan sorotan publik kepada dunia dari keluarga kerajaan Timur Tengah yang biasanya tertutup.
Putri Haya melarikan diri dari Dubai ke Inggris bersama anak-anaknya pada 2019, dengan mengatakan ia takut akan keselamatannya, sesudah mengetahui Sheikh Mohammed sebelumnya menculik putri-putrinya yang lain—Sheikha Latifa dan Sheikha Shamsa—dan memulangkan mereka ke Dubai secara paksa.
Sheikh Mohammed, 72, yang juga sosok berpengaruh di dunia pacuan kuda, membantah adanya penculikan itu—meskipun Pengadilan Tinggi Inggris pada 2020 menyatakan kemungkinan besar penculikan itu terjadi.
Ia menerbitkan puisi yang berjudul "You lived, You Died", pada umumnya dianggap untuk mengancam Putri Haya setelah terungkap istrinya berselingkuh dengan mantan tentara Inggris yang menjadi pengawalnya.
Putri Haya terus mendapat ancaman setelah berpindah ke Inggris, dengan pesan-pesan seperti "kami bisa menjangkaumu di mana pun" dan sejak itu ia menghabiskan banyak uang untuk biaya pengamanan karena khawatir anak-anaknya akan diculik dan diterbangkan kembali ke Dubai.
Tahun ini Pengadilan Tinggi Inggris memutuskan bahwa Sheikh Mohammed secara tidak sah meretas telepon seluler Putri Haya, para pengawal pribadinya dan tim kuasa hukumnya yang antara lain terdiri dari Baroness Shackleton, anggota Majelis Tinggi dari Partai Konservatif.
Peretasan itu menggunakan perangkat pengintai Pegasus, yang menginfeksi telepon-telepon sasaran dan diproduksi perusahaan Israel NSO Group. Sheikh Mohammed mengatakan ia tidak menyimpan materi retasan dan tidak ada pengawasan yang dilakukan atas perintahnya.
Akan tetapi kepala Divisi Keluarga di Pengadilan Tinggi Inggris menemukan fakta sebaliknya.
Dalam putusan kasus perceraian, Hakim Moor, memutuskan bahwa, menimbang keputusan sebelumnya, Putri Haya dan kedua anaknya sangat berisiko. Dikatakan mereka memerlukan pengamanan sangat ketat untuk menjamin kelangsungan keselamatan mereka di Inggris.
Ancaman utama yang mereka hadapi, kata Hakim Moor, bukan dari sumber luar melainkan ayah mereka sendiri, sosok yang mempunyai akses kenegaraan secara penuh.
"Ada risiko yang jelas dan selalu ada bagi anak-anak ini yang hampir dipastikan akan berlanjut hingga mereka mandiri," kata hakim sebagaimana dilaporkan wartawan keamanan BBC Frank Gardner.
Adapun mengenai Putri Haya, ia menambahkan: "Akan tetap ada risiko yang jelas dan selalu ada bagi [Putri Haya] sepanjang sisa hidupnya, apakah dari [Sheikh Mohammed] atau dari teroris biasa dan ancaman-ancaman lain."
Pengadilan diberi tahu soal penilaian keamanan yang menempatkan risiko yang dihadapi Putri Haya dan anak-anaknya tergolong "serius". Hakim lalu memerintahkan pemberian dana untuk membiayai operasional kendaraan-kendaraan lapis baja untuk digunakan keluarga tersebut.
Hakim Pengadilan Tinggi mengatakan ia berusaha maksimal mencapai keputusan akhir yang masuk akal, mempertimbangkan "kekayaan yang luar biasa melimpah dan standar kehidupan yang luar biasa yang dinikmati anak-anak ini selama pernikahan". Menurutnya, faktor itu membuat kasus tersebut "sepenuhnya di luar kewajaran".
Kuasa hukum Putri Haya bersikukuh ia tidak mengajukan tuntutan materi untuk keperluannya sendiri di masa yang akan datang tetapi dalam sidang, ia dikritik atas pengeluarannya yang besar. Sebagai contoh, putranya yang baru berusia sembilan tahun telah dihadiahi tiga mobil mahal karena ia "terbiasa menerima hadiah mobil". Hakim mengatakan kritikan ini sah.
Putusan juga mempertimbangkan bukti yang diajukan Putri Haya bahwa ia telah diperas oleh anggota staf keamanan terkait dengan perselingkuhannya dengan salah seorang di antara mereka.
Ia membuat sejumlah pembayaran kepada empat stafnya, sebagian dana diambilkan dari rekening bank anak-anaknya. Untuk mengoreksi keterangan ini, ia mengatakan telah menjual perhiasan sebesar £1 juta (sekitar Rp19 miliar dan telah menjual perhiasan lebih banyak lagi.
Sheikh Mohammed mengatakan barang-barang pemberian untuk mantan istrinya akan dikirimkan kepadanya. Barang-barang itu meliputi sepatu pemberian penari kondang Dame Margot Fonteyn dan Rudolf Nureyev.
Ia juga mengatakan telah menghapus puisi online yang disebut ditulis olehnya, yang oleh Putri Haya dianggap sebagai ancaman bagi keselamatannya.
Sheikh Mohammed mengatakan tidak berniat melukai mantan istrinya itu.
Read more