Eklin Amtor de Fretes, Pendongeng Keliling yang Membawa Pesan Toleransi

BroTechno - ID
Eklin Amtor de Fretes, Pendongeng Keliling yang Membawa Pesan Toleransi
Eklin Amtor de Fretes adalah seorang pendongeng yang membawa cerita dengan pesan toleransi di dalamnya. Foto: SATU Indonesia Awards.

Bagi sebagian besar orang, dongeng mungkin hanyalah salah satu kegiatan selingan atau teman tidur untuk anak-anak. Namun, berbeda dengan Eklin Amtor de Fretes, menurutnya dongeng bisa menjadi pembawa pesan perdamaian dan toleransi bagi generasi muda Indonesia.

Eklin ingat betul bagaimana mencekamnya peristiwa kerusuhan Ambon pada 1999 silam. Bentrokan yang dipicu sentimen agama, pembakaran rumah hingga pengrusakan tempat ibadah menimbulkan banyak korban, tak hanya orang dewasa tapi juga anak-anak yang tidak bersalah.

Memiliki ayah yang berprofesi sebagai seorang tentara, Eklin merasa beruntung karena tinggal di lingkungan yang aman dari konflik. Namun, ia tahu banyak teman-teman sebayanya yang tidak seberuntung dirinya dan harus merasakan ketakutan yang menimbulkan trauma hingga kini.

Di sisi lain, saat konflik semakin berkecamuk, Eklin juga merasakan adanya ikatan yang kuat di lingkungannya untuk saling melindungi meski di tengah banyaknya perbedaan. Ya, Eklin yang lahir dan besar dari keluarga penganut Kristen Protestan tinggal di lingkungan yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Tak hanya rasa saling menjaga yang kuat, ia pun teringat salah satu tetangganya yang kerap menceritakan kisah-kisah perdamaian untuk menghiburnya. Sosok inspiratif itulah yang akhirnya membuka ketertarikan laki-laki kelahiran 1991 ini untuk menjadi seorang pendongeng sekaligus menyebarkan toleransi kepada generasi penerus bangsa.

Eklin Amtor de Fretes, Pendongeng Keliling yang Membawa Pesan Toleransi (1)
Eklin bercerita menggunakan teknik ventriloquist dan boneka untuk membuat dongengnya semakin menarik sekaligus mudah diterima oleh anak-anak. Foto: SATU Indonesia Awards.

Beranjak dewasa, panggilan hati dan komitmennya untuk menebar kebaikan di tanah kelahirannya membuat Eklin memantapkan diri membentuk Youth Interfaith Peace Camp. Didirikan pada 2017, forum ini dibuat sebagai wadah untuk berbagi nilai-nilai sekaligus menyebarkan perdamaian dengan cara yang lebih kreatif dan bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Saat ini Youth Interfaith Peace Camp telah diikuti oleh 90 pemuda lintas iman di Maluku, mulai dari yang beragama Islam, Kristen, Katolik, hingga kepercayaan dari Suku Nuaulu. Forum ini juga menjadi tempat untuk saling berdiskusi untuk menumbuhkan rasa toleransi antar sesama.

Selain itu, pada 2019, ia juga mendirikan program Belajar di Rumah Dongeng Damai sebagai salah satu media pendidikan toleransi dan perdamaian bagi anak-anak. Menurut Eklin, masa lalu yang kelam masih menimbulkan adanya segregasi wilayah di Maluku dan sering kali membuat orang tua kerap menceritakan konflik yang terjadi 22 tahun lalu itu. Ditambah kurangnya pengetahuan, anak-anak rentan memiliki paham yang sama dan menyebabkan konflik terus berlanjut.

Melalui Dongeng Damai, Eklin berusaha melawan cerita-cerita konflik yang bisa membawa segregasi dengan cara yang menyenangkan dan mudah diterima. Program Belajar di Rumah Dongeng Damai juga mengajarkan anak-anak Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, dan kelas seni agar mempermudah penyampaian dongeng anak dengan berbagai bahasa.

‘Penolakan’ jadi makanan sehari-hari

Desa Sepa di pedalaman Pulau Seram menjadi destinasi pertama Eklin saat awal menyelenggarakan program Dongeng Damai. Bukannya disambut hangat, ia justru mendapat penolakan dari warga setempat yang berasal dari Suku Nuaulu.

Bukan tanpa alasan, profesi Eklin sebagai pendeta menimbulkan kekhawatiran akan adanya kristenisasi di wilayah tersebut. Pantang menyerah, Eklin pun berusaha menerima dan akhirnya pindah ke wilayah suku lain di hari berikutnya. Tujuannya sama, membawa pesan perdamaian dan toleransi tanpa memandang suku maupun agama melalui dongeng.

Tidak sendirian, dalam kegiatannya mendongeng dari satu desa ke desa lainnya, Eklin selalu dibantu oleh tim relawan Jalan Merawat Perdamaian (JMP) untuk memperlancar misi menyebar perdamaian. Bukan hanya itu, ia juga ditemani Dodi, si boneka dengan fisik layaknya laki-laki berambut hitam.

Dengan teknik ventriloquist (teknik berbicara menggunakan suara perut), dongeng yang dibawakan Eklin pun terasa lebih hidup dan disukai oleh anak-anak. Menariknya, Eklin ternyata belajar teknik suara perut ini secara otodidak dari video-video di dunia maya.

Komitmen Eklin yang kuat pun kini membuahkan hasil manis. Meski kerap mendapatkan penolakan di masa lalu, kini Eklin telah menjajaki ratusan desa dan mendongeng di hadapan puluhan ribu anak-anak di dalam dan luar Maluku, bahkan di desa perbatasan yang masih rawan konflik.

Apresiasi pun berdatangan dari berbagai pihak, salah satunya melalui program kontribusi sosial yang berkelanjutan dari Astra bertajuk ‘Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards’ sebagai sosok muda inspiratif penerima apresiasi Bidang Pendidikan pada tahun 2020.

Penghargaan ini merupakan salah satu bentuk komitmen Astra untuk mendukung generasi muda bangsa yang telah memberikan kontribusi nyata guna meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui berbagai program dan karyanya.

Tidak hanya Eklin Amtor de Fretes, Astra percaya bahwa masih banyak generasi muda inspiratif yang punya ambisi kuat untuk memajukan bangsa. Karena itu, melalui apresiasi 12th SATU Indonesia Awards 2021, Astra kembali mencari generasi muda selanjutnya yang akan mendapatkan apresiasi SATU Indonesia Awards tahun ini.

Apresiasi diberikan kepada anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Teknologi, serta satu kategori kelompok yang mewakili bidang tersebut. Pada tahun ini, Astra kembali memberikan tambahan kategori apresiasi khusus kepada pejuang tanpa pamrih di masa pandemi.

Kini giliran kamu! Pendaftaran 12th SATU Indonesia Awards 2021 sudah dibuka sejak 2 Maret hingga 21 Agustus 2021. Daftarkan dirimu atau kelompokmu di sini, untuk mengikuti 12th SATU Indonesia Awards 2021.

Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan SATU Indonesia Awards



Read more
LihatTutupKomentar