Populer: Kata Pengusaha Soal Jokowi Pecat Pejabat Pertamina, Ramalan Ekonomi RI

BroTechno - ID
Populer: Kata Pengusaha Soal Jokowi Pecat Pejabat Pertamina, Ramalan Ekonomi RI
Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi atas peran Ombudsman Republik Indonesia pada Senin, 8 Februari 2021. Foto: BPMI Setpres

Presiden Jokowi memecat pejabat tinggi PT Pertamina (Persero) karena dianggap gemar impor pipa masih menjadi berita terpopuler di kumparanBisnis. Pengusaha di bidang perpipaan dalam negeri pun ikut bersuara.

Di sisi lain, ekonomi Indonesia diramal bakal mengalahkan negara maju pada 2022. Proyeksi ini dituangkan dalam laporan Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan atau Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Berikut kumparan rangkum, Minggu (14/3).

Pengusaha Ungkap Persoalan Impor Pipa yang Bikin Jokowi Pecat Pejabat Pertamina

Atas kabar pemecatan pejabat Pertamina oleh Jokowi, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi dan Migas, Bobby Gafur Umar, menjelaskan penyebab Indonesia kerap impor pipa dari China.

Pertama, pabrik baja di dalam negeri hanya berproduksi sekitar 40 persen dari kapasitasnya. Sebab, pasar dalam negeri dikuasai impor. Dampaknya, biaya produksi pipa baja di dalam negeri jadi kurang efisien.

"Contoh besi dan baja yang disebut pabrik pipa 30-40 persen utilisasi, padahal market ada berarti sisanya diisi impor," katanya.

Di sisi lain, mantan Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tersebut mengungkapkan, harga produk pipa baja impor dari China lebih murah 30 persen. Ia menggambarkan, efisiensi dari pabrik besi dan baja China mampu memproduksi 2-3 juta ton. Kapasitas produksinya jauh di atas pabrik-pabrik baja di Indonesia.

"Harga produk pipa impor ini lebih murah dibanding produksi dalam negeri karena Indonesia itu pabrik Indonesia kapasitas 100-200 ribu ton per pabrik," imbuhnya.

Penyebab lain adalah bunga bank yang ditawarkan perbankan China lebih rendah dibanding di Indonesia. Menurut catatannya, bunga bank bagi pengusaha China hanya sekitar 3-4 persen. Sementara di Indonesia bunga bank masih sekitar 10 persen ke atas.

Hal lain, kata Bobby, pengusaha Indonesia tidak dapat insentif. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan China. Menurutnya ada insentif yang diberikan kepada eksportir dari pemerintah China, khususnya untuk ekspor barang jadi.

“Ekspor barang jadi mendapat tax insentif, mereka bisa 30 persen lebih murah. Maka dari itu akibatnya pabrik-pabrik kita tidak maksimal utilisasi. Kalau utilisasi aja tidak maksimal bagaimana orang mau bangun pabrik? Industri kita enggak tumbuh,” ucapnya.

Populer: Kata Pengusaha Soal Jokowi Pecat Pejabat Pertamina, Ramalan Ekonomi RI (1)
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Pertumbuhan Ekonomi RI Diramal Kalahkan Negara Maju di 2022

OECD memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 4,9 persen. Proyeksi tersebut meningkat dibandingkan proyeksi yang dilakukan OECD akhir Desember 2020 sebesar 4,0 persen.

Namun yang menarik, OECD memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia melesat menjadi 5,4 persen di 2022. Proyeksi tersebut bahkan lebih tinggi dari proyeksi ekonomi global di 2022 sebesar 4,0 persen.

Berdasarkan laporan OECD yang diterima kumparan, Sabtu (13/3), proyeksi ekonomi Indonesia pada tahun depan itu sama dengan India, yang juga diperkirakan tumbuh 5,4 persen. Kedua negara ini juga diprediksi bakal mengalahkan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju.

Perbedaannya, ekonomi India di tahun depan itu justru menurun drastis dari proyeksi tahun ini yang sebesar 12,6 persen. Sementara Indonesia justru meningkat dari proyeksi tahun ini.

Pertumbuhan ekonomi beberapa negara maju diproyeksi masih lebih rendah dari Indonesia di tahun depan. Amerika Serikat diproyeksikan hanya tumbuh 4,0 persen di 2022, Inggris diproyeksi 4,7 persen, Australia 3,1 persen, dan Eropa 3,8 persen. Bahkan kelompok negara-negara G20 diperkirakan ekonominya hanya tumbuh 4,1 persen tahun depan.

Ekonomi Indonesia pada 2022 juga akan mengalahkan China. Pertumbuhan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu diproyeksi hanya 4,9 persen, turun dari proyeksi selama 2021 yang sebesar 7,8 persen.



Read more
LihatTutupKomentar