Penghimpunan Dana Lewat Rights Issue dan Private Placement Kian Marak

BroTechno - ID

Liputan6.com, Jakarta - Penghimpunan dana melalui pasar modal meningkat. Ini ditunjukkan dari penghimpunan dana melalui rights issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) dan private placement atau penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD).

Terbaru, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) akan rights issue dengan membidik dana Rp 5 triliun pada 2021. Dana hasil rights issue digunakan untuk pembangunan program sejuta rumah tahap II dan memperkuat anorganik.

"Memang diskusinya adalah kebutuhan kami adalah sebanyak Rp5 triliun. Kita harapkan Rp 3 triliun adalah dari pemegang saham dwi warna karena komposisi sekarang adalah 60 persen dan Rp2 triliun dari saham publik sehingga total Rp5 triliun," ujar Wakil Direktur BTN Nixon LP Napitupulu, Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021.

Selain itu, PT Bank Syariah Indonesia Tbk juga berencana rights issue.  PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI)/ BRIS berencana menerbitkan saham baru dengan skema rights issue pada 2021. Aksi korporasi itu dilakukan untuk memenuhi ketentuan free float 7,5 persen.

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebutkan BSI akan meraup dana sekitar USD 500 juta, setara Rp 7,15 triliun (kurs Rp 14.300) melalui rights issue. 

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) 9 Maret 2021, dikutip Jumat (12/3/2021), PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) menyampaikan prospektus akan melakukan penawaran umum terbatas (PUT) III dengan mekanisme rights issue. Emiten rumah sakit swasta ini akan menawarkan 12 miliar saham atau sebesar 50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penih dengan nilai nominal Rp 100.  Setiap satu saham lama akan mendapatkan satu HMETD.

Harga penawaran rights issue Rp 110 per saham. Total dana yang diraup dari rights issue Rp 1,32 triliun. Dana hasil rights issue akan digunakan untuk modal kerja.

Selain itu, PT Perdana Bangun Pusaka Tbk (KONI) menyampaikan akan menambah modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement. Perseroan menerbitkan 2,99 miliar saham dengan harga penerbitan Rp 500. Dengan demikian, jumlah penambahan modal melalui private placement sebanyak Rp 1,49 miliar.

Dana hasil private placement itu akan digunakan untuk membayarkan sebagian dan atau seluruh pinjaman yang akan jatuh tempo sehingga mengurangi beban bunga yang harus ditanggung perusahaan.

 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Rights Issue dan Private Placement Makin Ramai

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pencarian pendanaan melalui rights issue dan private placement cukup ramai pada  awal 2021. Hingga 8 Maret 2021, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total fund raised melalui penerbitan right issue dan private placement mencapai Rp 5,26 triliun. 

Angka tersebut meningkat sebesar 77,54 persen jika dibandingkan dengan Maret 2020 yaitu Rp 2,96 triliun. Rinciannya, terdapat tiga Perusahaan Tercatat yang telah melakukan right issue dengan total fund raised sebesar Rp 1,83 triliun. Kemudian empat Perusahaan Tercatat yang telah melakukan private placement dengan total fund raised atau penghimpunan dana sebesar Rp 3,43 triliun. 

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menyebutkan, berdasarkan data hingga awal Maret 2021, jumlah fund raised baik dari penerbitan ekuitas maupun efek bersifat utang dan sukuk (EBUS)  meningkat jika dibandingkan dengan data Maret 2020. 

Jumlah fund raised dari penerbitan ekuitas per Maret 2021 mengalami peningkatan 21,41 persen. Dari Rp 6,62 triliun pada Maret 2020, menjadi sebesar Rp 8,03 triliun pada Maret 2021.

“Demikian juga jumlah fund raised dari penerbitan EBUS per Maret 2021 juga mengalami peningkatan 22,32 persen jika dibandingkan dengan Maret 2020. Dimana sebelumnya adalah sebesar Rp 196,09 triliun menjadi sebesar Rp 239,85 triliun,” ujar  Nyoman kepada awak media, Selasa, 9 Maret 2021.

Alternatif Pendanaan

Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun pada Kamis (10/9/2020) pada pukul 10.36 WIB IHSG turun tajam sebesar 5 persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)
Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun pada Kamis (10/9/2020) pada pukul 10.36 WIB IHSG turun tajam sebesar 5 persen pada level 4.892,87 atau turun 257,49 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Berdasarkan data historis sejak 2016-2020, jumlah fund raised yang diperoleh dari ekuitas dan EBUS mengalami peningkatan dengan rata-rata 27,60 persen.

Selain itu, dengan kondisi ekonomi yang mulai menunjukan tanda-tanda pemulihan, tentu saja berdampak pada kegiatan perusahaan yang membutuhkan pendanaan. 

“Berdasarkan kondisi tersebut, Bursa mengharapkan fund raised melalui penerbitan ekuitas maupun EBUS akan menjadi alternatif pendanaan di tahun 2021,” kata Nyoman.

Adapun per 8 Maret 2021, BEI mencatat ada 17 perusahaan yang akan melakukan rights issue. Serta tujuh perusahaan yang bakal menggelar private placement.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini



Read more
LihatTutupKomentar