Liputan6.com, Jakarta - Pihak berwenang Turki menyetujui izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) vaksin Sinovac pada Rabu, 13 Januari 2021, waktu setempat.
Keputusan tersebut membuka jalan bagi pemerintah Turki untuk segera melaksanakan vaksinasi COVID-19 yang akan dimulai dengan menyuntik vaksin Sinovac ke tenaga kesehatan dan kelompok berisiko tinggi.
Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca, dan sejumlah anggota dewan penasihat ilmiah akan jadi yang pertama menerima vaksin Sinovac yang rencananya akan disiarkan secara langsung di televisi.
Fahrettin Koca, mengatakan, program vaksinasi COVID-19 di Turki akan dimulai pada Kamis, 14 Januari 2021, dimulai dengan tenaga kesehatan.
Dia juga mendesak seluruh warga untuk divaksinasi, karena hanya dengan vaksinasi COVID-19 merupakan cara yang paling menjanjikan untuk mengalahkan pandemi Virus Corona, seperti dikutip dari situs Channel News Asia pada Kamis, 14 Januari 2021.
Terlebih vaksin Sinovac yang akan digunakan telah menjalani uji klinis di Turki, Brasil, dan Indonesia dengan hasil efikasi di atas 50 persen.
Efikasi Vaksin Sinovac di Brasil, Turki, dan Indonesia
Di Brasil, misalnya, minggu lalu para peneliti menyebut bahwa vaksin Sinovac 78 persen efektif mencegah tertular Virus Corona, tapi angka efikasi berubah menjadi hanya 50 persen pada minggu ini.
Ricardo Palacios, Medical Director for Clinical Research di Butantan Institute mengatakan pada Selasa waktu setempat bahwa temuan efikasi baru ini karena disertakannya data-data pada kasus yang 'sangat ringan'.
Mengutip Bloomberg, pejabat negara bagian Sao Paulo dan peneliti dari Butantan menjabarkan bahwa mereka membagi kasus COVID-19 dalam enam kategori: asimptomatik (tidak bergejala), sangat ringan, ringan, dua tingkat sedang, dan berat. Dua kategori pertama tidak memerlukan bantuan medis.
Dilaporkan bahwa angka 78 persen yang sempat diumumkan pekan lalu memerhitungkan kasus ringan, sedang, dan parah.
Saat kasus 'sangat ringan' di 13 ribu sukarelawan dimasukkan, angkanya menjadi 50,4 persen, dengan 167 terinfeksi pada kelompok plasebo dan 85 pada kelompok vaksin.
"Vaksin menurunkan intensitas penyakit," kata Palacios.
Palacios mengatakan bahwa fakta uji klinis dilakukan pada petugas medis yang sangat terpapar virus, serta dua dosis yang diberikan dalam waktu singkat, membantu menjelaskan efikasi yang lebih rendah.
Palacios juga mengatakan bahwa kasus 'sangat ringan' yang dimasukkan dalam laporan juga berdampak pada angka akhir.
"Kami menambahkan semua kemungkinan kesulitan," ujarnya.
"Ketika Anda memersingkat waktu antar dosis, Anda menurunkan respons kekebalan," Palacios menambahkan.
Butantan sendiri mengatakan bahwa tidak ada efek samping serius yang dilaporkan dalam uji klinis. Tujuh sukarelawan dari kelompok plasebo membutuhkan rawat inap, sementara tidak ada kelompok vaksin yang membutuhkannya.
Penulis : Giovani Dio Prasasti
Efikasi Vaksin Sinovac di Turki dan Indonesia
Para peneliti di Turki dan Indonesia telah mengumumkan tingkat efikasi yang lebih tinggi, masing-masing 91 persen dan 65,3 persen. Meski studi tersebut terlalu kecil untuk dapat disimpulkan, WHO mengatakan bahwa vaksin apa pun yang nilai efikasinya setidaknya 50 persen, tetap efektif dan berguna.
Turki sebelumnya juga telah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk mendapatkan 4,5 juta dosis vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, dengan opsi untuk mendapatkan 30 juta dosis lagi nanti, meskipun Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Senin bahwa pembicaraan dengan BioNTech sedang berlangsung.
Turki telah melaporkan sekitar 2,34 juta orang terinfeksi Virus Corona dan sekitar 23.000 kematian akibat COVID-19
Negara itu telah memerlakukan penguncian akhir pekan dan jam malam malam untuk melawan lonjakan kasus COVID-19.
Simak Video Berikut Ini
Read more